Perpecahan Band
Pada
saat menggarap album keenam Lagi Sedih, Bimbim selaku leader akhirnya
memutuskan untuk memecat Bongky, Pay dan Indra. Namun ada juga yang
menyebutkan bahwa Bongky, Indra dan Pay keluar atau mengundurkan diri
karena perilaku Bimbim dan Kaka yang sudah terlampau parah dalam
penggunaan narkoba. Perpecahan tersebut sebenarnya sudah bisa terlihat
di album ke empat mereka di lagu Pisah Saja Dulu. Bimbim bahkan berniat
untuk membubarkan Slank. Namun sebuah surat yang ditulis dengan darah
oleh seorang Slanker membuatnya mengurungkan niatnya. Isinya
menyeramkan. Dia bersumpah untuk membunuh Bimbim jika Bimbim benar benar
melaksanakan niatnya untuk membubarkan Slank. Kaka dan Bimbim tetap
menggarap album ke-6 dengan bantuan additional player. Reynold masuk
untuk mengisi posisi gitar dan Ivanka yang waktu itu sering nongkrong di
Potlot juga ikut membantu dalam mengerjakan project Slank untuk album
ke enam dengan formasi masa transisi ini.
Album
Lagi Sedih pun dirilis pada Februari 1996. Dengan single Koepoe Liarkoe
dan Tong Kosong membuktikan Slank masih bisa survive. Tawaran manggung
pun berdatangan. Dan saat tinggal beberapa kota yang akan diselesaikan
dalam rangkaian show nya,, Reynold menyatakan ingin keluar dari Slank.
Alasannya karena beliau juga tidak kuat karena Bimbim dan Kaka yang saat
itu masih terjerumus dengan narkoba. Walaupun saat itu sudah dibujuk
untuk menunda pengunduran dirinya,, Reynold tetap tidak ingin
melanjutkan sisa show nya. Saat itu lah reformasi di tubuh Slank
terjadi.
Narkoba
Terbujuk rayuan teman di Bali 14
tahun lalu, Bimbim penabuh drum grup musik Slank dan keponakannya, Kaka
vokalis Slank pun mencecapi ”obat langit” yang membuat pemakainya
melayang-layang dan ketagihan.
Waktu pertama kali mencoba
(1994), mereka bilang badan jadi tidak enak. Muntah-muntah. Enek. Tapi
kok besok paginya mencari lagi? Itulah putau, sekali pakai orang
langsung ketagihan. Maka berlanjutlah ia memakai putau.
Semenjak memakai jenis narkoba
ini, Bimbim yang biasanya pendiam, rapi, tak suka teriak-teriak,
tiba-tiba berubah. Demikian juga Kaka. Banyak pengalaman pahit, dari
sejak mereka pakai (1994) sampai tahun 1999. Pengalaman di Lubuk Linggau
(1998) juga tak terlupakan. Mereka ”kehabisan barang”, sakau. Tidak ada
orang jual barang seperti itu di Lubuk Linggau. Bimbim sampai tidak
bisa bangun, di kamar. Padahal mereka masih harus melayani wartawan,
wawancara. Tinggal Kaka, yang badannya lebih kuat, melayani wartawan,
meski dengan susah payah.
Slank membantah anggapan bahwa
dengan mengkonsumsi Narkoba seorang seniman bisa lebih kreatif, justru
sebaliknya, tanpa menggunakan barang haram tersebut mereka terbukti bisa
menghasilkan karya-karya bagus.
0 komentar:
Posting Komentar