MENGHINDARI
KESALAHAN IMLA`BAGI PESERTA DIKLAT GURU BAHASA ARAB
Oleh:
|
||||||||||||||||||||||||||
Suhri
Nasution
|
||||||||||||||||||||||||||
ABSTRAKSI
|
||||||||||||||||||||||||||
Dalam pembelajaran imla`,
khususnya untuk tingkat lanjut, sering terjadi kesalahan-kesalahan dalam
penulisan awalan, imbuhan dan akhiran kata. Kesalahan dalam penulisan awalan
kata berupa penulisan hamzah ziyadah (tambahan) dan hamzah asli serta alif
lam samsyiah. Penulisan imbuhan berupa penambahan huruf pada wazan tertentu .
kesalahan dalam akhiran berupa kesalahan dalam penulisan ta` marbuthah` dan
tanwin. Tulisan ini menguraikan kesalahan-kesalahn yang umum terjadi dalam
penulisan hamzah, alif lam samsyiah, ta marbuthah dan tanwin.
|
||||||||||||||||||||||||||
A
|
Pendahuluan
|
|||||||||||||||||||||||||
Ada empat keterampilan/mahârah
yang hendaknya dikuasao dalam berbahasa Arab. Keempat keterampilan/mahârah
itu ialah, mahârah al-istima’, mahârah kalâm, mahârah
qirâ’ah dan mahârah kitâbah. Keempat mahârah tersebut ditinjau
dari segi kemampuan pengguna bahasa terbagi dua. Pertama, kemampuan
reseptif dan kemampuan produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan
mendengar dan membaca, sementara kemampuan produktif yaitu kemampuan
berbicara dan menulis. Seseorang yang terampil dalam kemampuan reseptif
disebut dengan berbahasa passif, sementara kemampuan
produktif disebut berbahasa aktif.
|
||||||||||||||||||||||||||
Keterampilan berbahasa yang baik
adalah secara aktif. Artinya dapat menggunakan bahasa untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan secara lisan dan tulisan. Hanya saja, dalam
kenyataannya, banyak guru Bahasa Arab baru sebatas
keterampilan berbahasa passif. Hal ini dilatar belakangi oleh
lembaga pendidikan tempat dimana belajar bahasa Arab pertama kali. Ada
Pesantren-pesantren yang hanya mengutamakan penguasaan
nahwu dan sharaf karena pembelajaran Bahasa Arab di arahkan untuk menguasai
teks-teks sumber-sumber agama Islam berupa kitab-kitab kuning, sehingga
penekanan materi Bahasa Arab di fokuskan pada fahmul maqrû’. Ada pula
pesantren yang mengutamakan keterampilan berbahasa secara lisan, untuk dapat
berkomunikasi dalam Bahasa Arab dan tidak teralalu fokus pendalaman ilmu
kebahasaan.
|
||||||||||||||||||||||||||
Latar belakang yang berbeda dari
guru-guru Bahasa Arab seperti diatas, menyebabkan rendahnya kualitas
pembelajaran Bahasa Arab di madrasah-madrasah, karena Bahasa Arab tidak
digunakan langsung dalam pembelajaran, tetapi lebih banyak menggunakan bahasa
ibu. Padahal seharusnya Bahasa Arab sebagai bahasa asing harus sesering
mungkin digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ini semua akibat dari lemahnya
keterampilan guru dalam penguasaan Bahasa Arab secara aktif.
|
||||||||||||||||||||||||||
Lemahnya keterampilan guru dalam
berbahasa terutama keterampilan produktif,
mengakibatkan pembelajaran Bahasa Arab hanya fokus pada materi qira’ah
dan qowâid. Materi istima’, kalâm dan kitâbah
jarang tersampaikan dengan benar. Yang pada gilirannya, tuntutan
kurikulum yang seharusnya peserta didik dapat berkomunikasi dalam berbahasa
Arab secara aktif tidak tercapai.
|
||||||||||||||||||||||||||
Diantara keempat keterampila
berbahasa, keterampilan kitâbah/menulis jarang dilatih dan diajarkan di
madrasah-madrasah. Hal ini selain waktu yang tersedian kurang memadai,
keterampilan ini juga termasuk keterampilan berbahasa paling sulit. Seseorang
yang ingin menuangkan ide dalam Bahasa Arab disamping menguasai kosa kata,
struktur bahasa, juga harus memiliki dzauq al-lughah (rasa bahasa) dan
keterampilan menuangkan pikiran dalam bahasa tulisan. Oleh karena
keterampilan menulis merupakan keterampilan tingkat tinggi dalam berbahasa,
sehingga tidak banyak penulis yang mampu menuangkan ide secara langsung
kedalam Bahasa Arab, kecuali dengan cara penerjemahkan teks yang sudah ada
kedalam Bahasa Arab, baik secara manual, maupun bantuan perangkat lunak
penerjemah yang sekarang ini sudah mudah dilakukan melalui translate google.
|
||||||||||||||||||||||||||
Selain lemahnya keterampilan dalam
menuangkan ide-ide melalui tulisan, terdapat juga kelemahan-kelamahan menulis
secara teknik. Kelemahan secara teknik ini tampak pada banyaknya
kesalahan yang terjadi dalam penulisan (imala’), padahal ini merupakan
keterampilan dasar dalam menulis.
|
||||||||||||||||||||||||||
Tulisan ini membahasa tentang
kesalahan-kesalahan yang umumnya terjadi pada saat pembelajaran menulis
|
||||||||||||||||||||||||||
B.
|
Pembahasan
|
|||||||||||||||||||||||||
1.
|
Membedakan Penulisan Hamzah Washal
dan Hamzah Qatha’
|
|||||||||||||||||||||||||
Istilah hamzah sering
diidentikkan dengan alif padahal selalu sama. Alif itu sendiri ada dua macam,
yaitu alif yabîsah dan alif layyinah. Alif yabîsah adalah
huruf alif (tertentu) yang menerima harakat. Huruf alif ini
distilahkan dengan hamzah, sementara alif layyinah adalah huruf alif yang
tidak menerima harakat (Abdussalam:1993, hal.7). Dan ini diistilahkan
dengan alif.
|
||||||||||||||||||||||||||
Alif yabîsah (hamzah)
terdapat di awal, tengah dan akhir kata. Diawal kata seperti ; أعطي, أخذ, أكل , ditengah kata seperti; سأل, لئم dan
di akhir kata seperti نبأ, قرأ..
|
||||||||||||||||||||||||||
Alif layyinah yaitu alif yang
tidak menerima harakat seperti alif pada kata قال, دعا, رمى
.
|
||||||||||||||||||||||||||
Hamzah itu sendiri terbagai kepada
enam macam:
|
||||||||||||||||||||||||||
Pertama, hamzah ashli, yaitu
hamzah yang terdapat dalam struktur kata seperti hamzah pada kata
أب, أم, أخت, إنَّ, إنْ, إذا . kedua, hamzah muhkbir ‘an nafsihi, yaitu hamzah yang
terdapat di awal fi’il mudhâri’ seperti, أكتب, أقرأ, أحسن .
ketiga, hamzah istifham seperti
|
||||||||||||||||||||||||||
أتكون من الفائزين ؟ . Keempat,
hamzah nida’, seperti أعبد الله ! . kelima hamzah washal dan keenam
hamzah fahsal ( qatha’’) . (al-Ghalayani (1986): hal. 140-141, juz: II).
Kedua hamzah ini akan dibahas sebagaimana berikut ini:
|
||||||||||||||||||||||||||
1) Penulisan Hamzah Washal
|
||||||||||||||||||||||||||
Dinamai dengan hamzah washal,
karena berfungsi untuk untuk memudahkan bacaan huruf sukun (mati) diawal kata
, seperti alif pada المحسن . Hamzah washal ditulis dan
dilafalkan. Apabila didahului oleh huruf atau kata sebelumnya, maka dia
ditulis tetapi tidak dilafalkan, seperti بالمحسن واستعن, باسم الله , dan sebagainya.
|
||||||||||||||||||||||||||
Adapun tempat-tempat yang terdapat
hamzah washal ialah:
|
||||||||||||||||||||||||||
a) Asama’ al ‘asyarah seperti
:
|
||||||||||||||||||||||||||
اسم ، ابن ، ابنة ، ابنم ، امرؤ ،
امرأة ، اثنان ، اثنتان ، ايم الله ، است
|
||||||||||||||||||||||||||
(Abdussalam:1993, hal.66-67)
|
||||||||||||||||||||||||||
Khusus alif dalam kata
ابن dibuang apabila berada pada dua nama,
seperti عثمان بن عفان. (Mamlakah al-su’diyah: 2004, hal. 44.
|
||||||||||||||||||||||||||
b) Kata kerja (fi’il) seperti:
|
||||||||||||||||||||||||||
Fi’il mâdhi, amar dan mashdar dari
yang lima huruf (khumasiy) dan enam huruf (sudasiy), fi’il mâdhi
seperti: انتصر انتهى ، استعان ، استعمل. Dalam fi’il amar seperti: انتصر ، انته ، استعن ، استعمل
|
||||||||||||||||||||||||||
Dalam mashdar, seperti; انتصاراً ، انتهاءً ، استعانةً ، استعمالاً .
|
||||||||||||||||||||||||||
c) Fi’il amar dari yang tiga huruf
(tsulatsi), seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
ارسم ، اكتب ، اجلس.
|
||||||||||||||||||||||||||
d) Hamzah apabila
bersambung, seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
الكتاب ، الصدق.
|
||||||||||||||||||||||||||
2) Penulisan hamzah qatha’
|
||||||||||||||||||||||||||
Sesuai dengan namanya, Hamzah
qatha’ (terputus), artinya dia menjadi bagian dari kata itu sendiri dan
terpisah dari kata sebelumnya.
|
||||||||||||||||||||||||||
Hamzah qatha’ ditandai dengan
menulis “ﺀ “ diatas alif ketika fathah dan dhammah (ﺃ) dan dibawah alif
ketika kasrah (ﺇ) . hamzah qatha ditulis dan dibaca ketika bendiri sendiri
dan bersambung. (Abdussalam:1993, hal.66)
|
||||||||||||||||||||||||||
Hamzah qatha’ terdapat pada
isim, kata fi’il (kata kerja dan huruf.
|
||||||||||||||||||||||||||
a) Hamzah pada isim , semua hamzah
yang terdapat pada semua nama, isim rawâbith , isim syartiah yang
berawalan hamzah seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
إبراهيم ، أحمد ، أنا ، أنت ، إذا
|
||||||||||||||||||||||||||
b) Hamzah pada fi’il (kata kerja)
|
||||||||||||||||||||||||||
1) Fi’il mâdhi yang terdiri dari
empat huruf (ruba’i), termasuk fi’il amar dan masdharnya, seperti:
|
||||||||||||||||||||||||||
أكرم , أكرْم , إكرام ، أحسن ,
أحْسن , إحسان
|
||||||||||||||||||||||||||
أعطى , أعْط , إعطاء ، أنشأ , أنْشئ
, إنشاء
|
||||||||||||||||||||||||||
2) Fi’il mudhâri’
|
||||||||||||||||||||||||||
Semua fi’il mudhâri’ mahmûz awal (
yang berawalan hamzah), seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
أستعملُ , أستعينُ , أنعطفُ ,
أستشيرُ , أتعلمُ ، أكرمُ , أحسنُ , أكتبُ , أجلسُ
|
||||||||||||||||||||||||||
c) Hamzah pada huruf, seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
إلى , إنما, إنَّ , أنَّ , إنْ , أن
, إذ ما
|
||||||||||||||||||||||||||
“ال “
(alif lam) isim maushul seperti, القادم ، القائل ، الضارب ,
selain “ال “ (alif lam) ma’rîfat saat bersambung dengan isim
(kata benda).
|
||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Membedakan Penulisan Alif
Maqshûrah dan Alif Mamdûdah
|
|||||||||||||||||||||||||
Penulisan alif diakhir kata sering
terjadi kesalahan, karena alif tersebut dari segi pengucapan sama tetapi dari
segi penulisan berbeda. Ada yang ditulis dalam bentuk alif (ا )sebagaimana
lazimnya, ada yang ditulis dalam bentuk ya ( ى ) dan adapula dalam bentuk (اء ).
Banyak terjadi kesalahan karena ketiga-tiganya sama-sama terdengar dalam
bentuk suara ‘A’.
|
||||||||||||||||||||||||||
Dalam hal ini, Saudara hendaknya
dapat membedakan penulisan alif tersebut dengan cara mengetahui kapan alif
ditulis dalam bentuk
|
||||||||||||||||||||||||||
(ا ) dan kapan pula ditulis dalam bentuk ya
( ى ).
|
||||||||||||||||||||||||||
1) Penulisan Alif Maqshûrah
|
||||||||||||||||||||||||||
Alif maqsûrah adalah alif yang
terdapat diakhir isim mu’rab (yang menerima i’rab) . Alif ini tidak asli, ada
karena perubahan dari و seperti عصا , perubahan dari ي seperti فتى dan adapula tambahan untuk
penanda ta’nits seperti حبلى, ذكرى, عطشى . (al-Ghalayani : 1986, hal. 102,
Juz I)
|
||||||||||||||||||||||||||
Cara penulisan alif Maqshûrah;
|
||||||||||||||||||||||||||
a) Apabila terdapat “alif” pada
huruf yang keempat atau lebih diakhir kata isim (kata benda) dan fi’il (kata
kerja), ditulis dalam bentuk ya ( ى ) tanpa titik, seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
يحيى , يسعى ، تولى , استعلى , كبرى
, منتدى , مستشفى
|
||||||||||||||||||||||||||
استقوى,ـ أعطى, أغنى , منتهى ,
مرتضى , ليلى , ذكرى
|
||||||||||||||||||||||||||
Tanpa memandang apakah ia berasal dari
“ya” atau “alif”. Sementara apabila sebelumnya huruf ‘ya”, maka ditulis dalam
bentuk “alif”, seperti ;
|
||||||||||||||||||||||||||
دنيا ـ يحيا ـ خطايا ـ استحيا.
|
||||||||||||||||||||||||||
b) Apabila “alif” tersebut
datang pada huruf ketiga, terlebih dahulu dilihat asalnya. Alif yang
asalnya dari “waw” (و ) atau tidak jelas asalnya, maka ditulis dalam bentuk “alif”.
Seperti:
|
||||||||||||||||||||||||||
عصا , ذرا , خطا , غزا , دنا , مشى
, هدى , سعى , جرى
|
||||||||||||||||||||||||||
عدا, دعا, عفا , علا , ذرا
|
||||||||||||||||||||||||||
c) Apabila berasal dari ”ya”; maka ditulis dalam bentuk
“ya” tanpa titik,
seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
قضى, فتى , رحى , رمى , مُدى
|
||||||||||||||||||||||||||
Untuk mengetahui asal alif
tersebut, dapat dilakukan dengan men “tatsniyah” kan (dibuat kedalam bentuk
dua) apabila dalam bentuk mufrad (tunggal) , misalnya :
|
||||||||||||||||||||||||||
عصا - رحى ، عصوان – رحيان
|
||||||||||||||||||||||||||
Sementara apabila dalam bentuk
jama’, dikembalikan kepada bentuk mufrad, seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
ذرا - مُدى ، ذروة - خطا ، مدية –
خطوة
|
||||||||||||||||||||||||||
Apabila dalam bentuk fi’il, dapat
diubah kepada bentuk fi’il mudhâri’, seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
غزا - يغزو ، دعا - يدعو ، رمى -
يرمى
|
||||||||||||||||||||||||||
2) Penulisan Alif mamdûdah
|
||||||||||||||||||||||||||
Alif mamdûdah adalah alif tambahan
pada isim (kata benda) seperti السماء, الصحراء .
Alif mamdûdah ada yang berasal dari “waw” seperti سماء berasal dari سماو .
ada yang berasal dari “ya” بناَّء, مشَّاء berasal
dari بنايٌ , مشايٌ. Ada juga tambahan sebagai pertanda untuk ta’nits (pr)
seperti حسناء , حمراء .( al-Ghalayani: hal 105, juz II)
|
||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Membedakan Penulisan Ta Marbuthah
dan Ta Maftûhah
|
|||||||||||||||||||||||||
1) ”Ta’ ” marbûthah (ة/ـة )
|
||||||||||||||||||||||||||
Disebut marbuthah (terikat) karena
bentuknya seperti tali yang diikatka.”Ta” marbuthah (ة/ـة ) dibaca
’ta’ ketika berharakat ketika bersambung dan dibaca ـه (ha) ketika waqaf
(berhenti), seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
مكة المكرمة . Ta’ ini
menerima harakat fathah, kasrah dan dhammah.
|
||||||||||||||||||||||||||
”Ta’ ” marbuthah (ة/ـة )
terdapat pada tempat-tempat sebagai berikut:
|
||||||||||||||||||||||||||
a) Diakhir jama’ taksîr yang
bentuk mufradnya tidak berakhiran “ta’ ”, seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
عراة , سعاة , قضاة, هداة.
|
||||||||||||||||||||||||||
b) Diakhir sebagian nama-nama
laki-laki, seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
معاوية, عبيدة , عميرة, حمزة ,
أسامة , عطية .
|
||||||||||||||||||||||||||
c) Diakhir sebagian nama non Arab,
seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
الإسكندرية , الإبراهيمية , سومطرة
, أفريقية , أنقرة, البيزنطية , الرومية , اليونانية.
|
||||||||||||||||||||||||||
d) Sebagian kata yang
diperbolehkan waqaf (berhenti) padanya, seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
ثمة- وثمت ، ولاة -ولات .
|
||||||||||||||||||||||||||
2) Ta’ maftûhah (ت)
|
||||||||||||||||||||||||||
Disebut maftûhah (terbuka) karena
bentuknya terbuka. Ta’ maftûhah (ت) atau disebut juga ta mabsûthah . Ta’ maftûhah
(ت)
dibaca dan ditulis dalam bentuk huruf aslinya. “Ta” ini menerima syakal
fathah, kasrah, dhammah dan sukun.
|
||||||||||||||||||||||||||
Ta’ maftûhah (ت) terdapat pada
tempat-tempat sebagaimana berikut:
|
||||||||||||||||||||||||||
a) Terdapat diakhir fi’il (kata
kerja). Ada yang memang asli dari kata dasarnya, seperti; بَاتَ, مَاتَ ,
ada sebagai tanda ta’nits, seperti; كَتَبَتْ, جَلَسَتْ, أَكَلَتْ
dan adapula “ta’ ” pengganti fa’il (pelaku), seperti; سَافَرْتُ,
رَسَمْتَ,
اِسْتَحْمَمْتِ .
|
||||||||||||||||||||||||||
b) Diakhir semua jama’ muannats
salim, seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
مُعَلِّمَاتٌ, طَالِبَاتٌ,
صَائِمَاتٌ
|
||||||||||||||||||||||||||
c) Diakhir isim tsulatsi yang
sukun ditengahnya dan bentuk jama’nya, seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
بَيْتٌ – اَبْيَاتٌ,
قُوْتٌ-اَقْوَاتٌ, حُوْتٌ-اَحْوَاتٌ, صَوْتٌ-اَصْوَاتٌ, مَيْتٌ اَمْوَاتٌ.
|
||||||||||||||||||||||||||
d) Diakhir isim mufrad mudzakkar, seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
نحّات , حوّات , عتليت, عصمت , جودت
, رفعت , رأفت.
|
||||||||||||||||||||||||||
e) Dikahir sebagian huruf,
seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
ليت , لات , ثُمّت , ثَمّت , ربّت ,
لعلّت
|
||||||||||||||||||||||||||
f) Diakhir dhamîr mufrad
munfashil dan mufrad mu’nnats mukhatab, seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
اَنْتَ, اَنْتِ
|
||||||||||||||||||||||||||
4.
|
Menghindari Kesalahan Penulisan
Alif lam Syamsyiah
|
|||||||||||||||||||||||||
Alif lam (ال ) syamsiyah
pada prinsipnya berfungsi untuk ma’rîfah , hanya dalam penulisan muncul
istilah syamsyiah karena Alif lam (ال ) tersebut tidak diucapkan sekalipun
dalam tulisan tetap ada. Alif lam (ال ) disebut syamsyiah apabila dia
mendahului huruf-huruf seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
ت, ث, د, ,ذ, ر, ز, س, ش, ص,
ض,ط, ظ, ل, م , ن.
|
||||||||||||||||||||||||||
Alif lam (ال ) apabila bertemu
dengan huruf tersebut tetap ditulis sekalipun tidak dibaca.
|
||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||
Mengapa dalam modul ini sengaja di
bahas, karena sering terjadi kesalahan dalam kitâbah, seharusnya tetap
menambahkan alif lam, tetapi tidak ditulis karena di kira sudah diidghamkan
kedalam huruf sesudahnya. Misalnya dalam menulis لغة dengan Alif lam (ال ), seharusnya ditulis اللغة sekalipun tidak dibaca. Kesalahan
yang sering terjadi cukup dengan menambah alif (ا ) pada لغة
sehingga ditulis الغة . Untuk menghindari kesalahan penulisan,
alif lam syamsiyah tetap ditulis pada kata yang berawalan lam ( لـ ),
seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
لقمة- اللقمة ، لظى - اللظى ، لجام
- اللجام ، لب - اللب ، لون - اللون ، لوح – اللوح
|
||||||||||||||||||||||||||
Untuk lebih jelas, perhatikan oleh
Saudara contoh-contoh berikut ini:
|
||||||||||||||||||||||||||
1 ـ يتغدى
الأطفال على اللبن الطبيعي .
|
||||||||||||||||||||||||||
2 ـ كثرة
اللحوم الدسمة تؤثر على القلب .
|
||||||||||||||||||||||||||
3 ـ ينصح
الأطباء بشرب عصير الليمون لما فيه من فوائد .
|
||||||||||||||||||||||||||
4 ـ ينبغي على
الإنسان أن يعطي جسمه حقه من النوم في الليل .
|
||||||||||||||||||||||||||
5 ـ أمر
القاضي بجلد اللص عشرين جلدة .
|
||||||||||||||||||||||||||
6 ـ تتفتح
أزهار اللوز في فصل الربيع .
|
||||||||||||||||||||||||||
5.
|
Menghindari Kesalahan
Penulisan Tanwîn Nashab
|
|||||||||||||||||||||||||
Tanwîn adalah nun mati
ziyâdah (tambahan) yang dimasukkan di akhir isim hanya dalam pelafalan saja,
tidak dalam bentuk tulisan. (al-Ghalayani: 1986, hal. 10 Juz I). Sebagai
pengganti nun mati tersebut diganti dengan tanda dua fathah (ــً) pada
posisi manshûb , dua tanda dhammah (ــٌ) pada posisi marfû’ dan a dua
tanda kasrah (ــٍ ) pada posisi majrûr.
|
||||||||||||||||||||||||||
Contohnya seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penulisan tanwin nashab:
|
||||||||||||||||||||||||||
1) Apabila sebuah kata diakhiri
dengan ta’ marbûthah, penulisan tanwin nashab tidak menambah alif di
akhir kata. Tanwîn cukup di tulis di akhir kata tersebut, misalnya;
|
||||||||||||||||||||||||||
أعطاني والدي هديةً قيمةً
|
||||||||||||||||||||||||||
واشترى أخي كراسةً جميلةً
|
||||||||||||||||||||||||||
2) Apabila sebuah kata berakhiran
alif Maqshûrah baik dalam bentuk “alif” (ا ) maupun “ya ” (ى), tanwîn langsung ditulis diatas alif,
seperti;
|
||||||||||||||||||||||||||
حملت عصاً , ومشيت خطاً , وكلمت
فتىً , ولم تضع جهودهم سدىً.
|
||||||||||||||||||||||||||
3) Tanwîn nashab ditulis diatas
alif ziyâdah (tambahan). Contohnya;
|
||||||||||||||||||||||||||
مكثت في مكة أسبوعًا, ويملك
والدي بيتًا واسعًا ,
|
||||||||||||||||||||||||||
زرت بلدًا بعيدًا , وكان عملك
إنجازًا كبيرًا.
|
||||||||||||||||||||||||||
C.
|
Penutup/kesimpulan
|
|||||||||||||||||||||||||
Untuk menghindari kesalahan yang
sering terjadi dalam pembelajaran kitâbah perlu diperhatikan penulisan
beberapa kata, seperti penulisan hamzah, tanwîn, alif Maqshûrah, alif
mamdûdah ta’ marbûthah, dan tanwîn nashab.
|
||||||||||||||||||||||||||
Hamzah washal adalah alif diawal
kata yang berfungsi mempermudah bacaan di awal kata. Hamzah washal
hanya ditulis tapi tidak dibaca. Apabila bersambung dengan kata yang lain,
hamzah washal dibuang. Hamzah ini terdapat pada isim tertentu, fi’il
mâdhi, fi’il amar dan mashdar dari khumasiy dan sudatsiy. Hamzah qatha’
adalah hamzah diawal kata yang ditulis dan dibaca. Hamzah qatha’
terdapat pada fi’il mâdhi ruba’i, semua fi’il mudhâri’
mahmûz awal ( yang berawalan hamzah) dan huruf yang berawalan hamzah.
|
||||||||||||||||||||||||||
Alif Maqshûrah adalah alif yang
ditulis dalam bentuk alif atau ya. Ditulis dalam bentuk alif apabila terletak
pada kata yang terdiri dari tiga huruf kebawah dan alif yang berasal dari
waw. Ditulis dalam bentuk ya apabila pada huruf ke empat. Alif
dalam bentuk ya ditulis tanpa titik. Alif mamdûdah adalah alif tambahan pada
isim. Dapat juga berfungsi sebagai tanda ta’nîts.
|
||||||||||||||||||||||||||
Ta marbûthah adalah ta’ yang yang
dibaca dengan ha apabila dalam kondisi waqaf (berhenti). Ta maftûhah
adalah ta’ yang terdapat dalam kata asli, isim dhomîr pada fi’il, tanda
ta’nîts pada jama’ muannats sâlim, diakhir isim tsulasi yang sukun tengahnya,
isim mufrad muzakkar dan diakhir sebagian huruf.
|
||||||||||||||||||||||||||
Alif lam syamsiyah adalah alif lam
ta’rîf. Alif lam syamsiyah tetap ditulis apabila bertemu dengan huruf
syamsiyah sekalipun tidak dibaca.
|
||||||||||||||||||||||||||
DAFTAR PUSTAKA
|
||||||||||||||||||||||||||
Abdurrahman bin Ibrahim fauzan,
2011, Idha’at li Mu’allimi al-Lughah al-Arabiyah Lighair an-nathiqîna Biha,
Riyadh. Jakarta: Kencana Predana media Group.
|
||||||||||||||||||||||||||
Abdurrahman Ibrahim Fauzan,
2002, Silsisah fi Ta’lim llughotil ‘Arobiyah ligoirin Nathiqin biha, Arobiyah
linnasyiin, Mekkah: Waqp Islamy.
|
||||||||||||||||||||||||||
Abdus Salam, Muh. Harun, 1993,
Qawaid al-Imla’, Qahirah: al-abkhalu al-Mishriyah.
|
||||||||||||||||||||||||||
Mamlakah As-Su’diyah: 2004,
Silsilat Ta’lîm Al-Lughah Al-‘Arabiyah (al-mustawa al-rabi’)
|
||||||||||||||||||||||||||
Muhamad Ali Al-Kulli, 1986,
Asalib Tadris al-Lughoh al-‘Arobiyah, Riyadl : Al-Mamlakah ‘Arobiyah.
|
||||||||||||||||||||||||||
Sekh Musthofa al-Gholayani,
tt, Jami’ Durus al-“Arobiyah, Beirut: Maktabah ‘Ashriyah:
|
||||||||||||||||||||||||||
Suherman, 2005, Bahan Ajar
Perkuliahan Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Bahasa Arab, Bandung : UPI.
|
||||||||||||||||||||||||||
Musthafa Ruslan: http://www.elc.edu.sa
diunduh tanggal 06 Mei 2012), Faqrah wa Maqalah
|
||||||||||||||||||||||||||
http://www.drmosad.com/index121.htm
diunduh tanggal 21 Mei 2012
|
||||||||||||||||||||||||||
Wikipedia.com ( diunduh tgl 04 Mei
2012)
|
0 komentar:
Posting Komentar