8/20/2015

MENGHINDARI KESALAHAN IMLA`BAGI PESERTA DIKLAT GURU BAHASA ARAB

MENGHINDARI KESALAHAN IMLA`BAGI PESERTA DIKLAT GURU BAHASA ARAB
Oleh:
Suhri Nasution
ABSTRAKSI
Dalam pembelajaran imla`, khususnya untuk tingkat lanjut, sering terjadi kesalahan-kesalahan dalam penulisan awalan, imbuhan dan akhiran kata. Kesalahan dalam penulisan awalan kata berupa penulisan hamzah ziyadah (tambahan) dan hamzah asli serta alif lam samsyiah. Penulisan imbuhan berupa penambahan huruf pada wazan tertentu . kesalahan dalam akhiran berupa kesalahan dalam penulisan ta` marbuthah` dan tanwin. Tulisan ini menguraikan kesalahan-kesalahn yang umum terjadi dalam penulisan hamzah, alif lam samsyiah, ta marbuthah dan tanwin.
A
Pendahuluan
Ada empat keterampilan/mahârah yang hendaknya dikuasao dalam berbahasa Arab. Keempat keterampilan/mahârah itu ialah, mahârah al-istima’, mahârah   kalâm, mahârah qirâ’ah   dan mahârah kitâbah. Keempat mahârah tersebut ditinjau dari segi kemampuan pengguna bahasa terbagi dua. Pertama,  kemampuan reseptif dan kemampuan produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan mendengar dan membaca, sementara kemampuan produktif yaitu kemampuan berbicara dan menulis. Seseorang yang terampil dalam kemampuan reseptif disebut dengan   berbahasa  passif, sementara kemampuan produktif disebut berbahasa aktif.
Keterampilan berbahasa yang baik adalah secara aktif. Artinya dapat menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dan tulisan. Hanya saja, dalam kenyataannya, banyak guru Bahasa Arab baru   sebatas keterampilan  berbahasa passif.  Hal ini dilatar belakangi oleh lembaga pendidikan tempat dimana belajar bahasa Arab pertama kali. Ada Pesantren-pesantren yang    hanya mengutamakan penguasaan nahwu dan sharaf karena pembelajaran Bahasa Arab di arahkan untuk menguasai teks-teks sumber-sumber agama Islam berupa kitab-kitab kuning,  sehingga penekanan materi Bahasa Arab di fokuskan pada fahmul maqrû’. Ada pula pesantren yang mengutamakan keterampilan berbahasa secara lisan, untuk dapat berkomunikasi dalam Bahasa Arab dan tidak teralalu fokus pendalaman ilmu kebahasaan. 
Latar belakang yang berbeda dari guru-guru Bahasa Arab seperti diatas, menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran Bahasa Arab di madrasah-madrasah, karena Bahasa Arab tidak digunakan langsung dalam pembelajaran, tetapi lebih banyak menggunakan bahasa ibu. Padahal seharusnya Bahasa Arab sebagai bahasa asing harus sesering mungkin digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ini semua akibat dari lemahnya keterampilan guru dalam penguasaan Bahasa Arab secara aktif.
Lemahnya keterampilan guru dalam berbahasa terutama keterampilan      produktif, mengakibatkan pembelajaran Bahasa Arab hanya fokus pada materi qira’ah  dan qowâid.  Materi istima’, kalâm   dan kitâbah  jarang tersampaikan dengan  benar. Yang pada gilirannya, tuntutan kurikulum yang seharusnya peserta didik dapat berkomunikasi dalam berbahasa Arab secara aktif tidak tercapai.
Diantara keempat keterampila berbahasa, keterampilan kitâbah/menulis jarang dilatih dan diajarkan di madrasah-madrasah. Hal ini selain waktu yang tersedian kurang memadai, keterampilan ini juga termasuk keterampilan berbahasa paling sulit. Seseorang yang ingin menuangkan ide dalam Bahasa Arab disamping menguasai kosa kata, struktur bahasa, juga harus memiliki dzauq  al-lughah (rasa bahasa) dan keterampilan menuangkan pikiran dalam bahasa tulisan. Oleh karena   keterampilan menulis merupakan keterampilan tingkat tinggi dalam berbahasa, sehingga tidak banyak  penulis yang mampu menuangkan ide secara langsung kedalam Bahasa Arab, kecuali dengan cara penerjemahkan teks yang sudah ada kedalam Bahasa Arab, baik secara manual, maupun bantuan perangkat lunak penerjemah yang sekarang ini sudah mudah dilakukan melalui translate google.
Selain lemahnya keterampilan dalam menuangkan ide-ide melalui tulisan, terdapat juga kelemahan-kelamahan menulis secara teknik. Kelemahan secara teknik ini  tampak pada banyaknya kesalahan yang terjadi dalam penulisan (imala’), padahal ini merupakan keterampilan dasar dalam  menulis.
Tulisan ini membahasa tentang kesalahan-kesalahan yang umumnya terjadi  pada saat pembelajaran menulis
B.
Pembahasan
1.
Membedakan Penulisan Hamzah Washal dan Hamzah Qatha’
Istilah hamzah  sering diidentikkan dengan alif padahal selalu sama. Alif itu sendiri ada dua macam, yaitu  alif yabîsah  dan alif layyinah.  Alif yabîsah adalah huruf  alif (tertentu) yang menerima harakat. Huruf alif  ini distilahkan dengan hamzah, sementara alif layyinah adalah huruf alif yang tidak menerima harakat (Abdussalam:1993, hal.7).  Dan ini diistilahkan dengan alif.  
Alif yabîsah  (hamzah) terdapat di awal, tengah dan akhir kata. Diawal  kata seperti ; أعطي, أخذ, أكل  , ditengah kata seperti;   سأل, لئم   dan di akhir kata seperti نبأ, قرأ.. 
Alif layyinah yaitu alif yang tidak menerima harakat seperti alif pada kata   قال, دعا, رمى   .
Hamzah itu sendiri terbagai kepada enam macam:
Pertama, hamzah ashli, yaitu hamzah yang terdapat dalam struktur kata seperti hamzah pada kata   أب, أم, أخت, إنَّ, إنْ, إذا . kedua, hamzah muhkbir ‘an nafsihi, yaitu hamzah yang terdapat di awal fi’il mudhâri’  seperti,  أكتب, أقرأ, أحسن . ketiga, hamzah istifham  seperti 
أتكون من الفائزين ؟ . Keempat, hamzah nida’, seperti  أعبد الله ! . kelima hamzah washal dan keenam hamzah fahsal ( qatha’’) . (al-Ghalayani (1986): hal. 140-141, juz: II). Kedua hamzah ini akan dibahas sebagaimana berikut ini:
1) Penulisan Hamzah Washal
Dinamai dengan hamzah washal, karena berfungsi untuk untuk memudahkan bacaan huruf sukun (mati) diawal kata , seperti  alif pada   المحسن . Hamzah washal ditulis dan dilafalkan.  Apabila didahului oleh huruf atau kata sebelumnya, maka dia ditulis tetapi tidak dilafalkan, seperti بالمحسن  واستعن, باسم الله , dan sebagainya.  
Adapun tempat-tempat yang terdapat hamzah washal ialah:
a) Asama’ al ‘asyarah seperti :  
اسم ، ابن ، ابنة ، ابنم ، امرؤ ، امرأة ، اثنان ، اثنتان ، ايم الله ،  است
(Abdussalam:1993, hal.66-67)
Khusus alif dalam  kata  ابن dibuang apabila berada pada dua nama, seperti  عثمان بن عفان. (Mamlakah al-su’diyah: 2004, hal. 44.
b) Kata kerja (fi’il) seperti:
Fi’il mâdhi, amar dan mashdar dari yang  lima huruf (khumasiy) dan enam huruf (sudasiy),  fi’il mâdhi seperti: انتصر  انتهى ، استعان ، استعمل. Dalam fi’il amar seperti: انتصر ، انته ، استعن ، استعمل
Dalam mashdar, seperti;  انتصاراً ، انتهاءً ، استعانةً ، استعمالاً .
c) Fi’il amar dari yang tiga huruf (tsulatsi), seperti;
ارسم ، اكتب ، اجلس.
d) Hamzah  apabila bersambung, seperti;
الكتاب ، الصدق.
2) Penulisan hamzah qatha’
Sesuai dengan namanya, Hamzah qatha’  (terputus), artinya dia menjadi bagian dari kata itu sendiri dan terpisah dari kata sebelumnya. 
Hamzah qatha’ ditandai dengan menulis “ﺀ “ diatas alif ketika fathah dan dhammah (ﺃ) dan dibawah alif ketika kasrah (ﺇ) . hamzah qatha ditulis dan dibaca ketika bendiri sendiri dan bersambung. (Abdussalam:1993, hal.66)
Hamzah  qatha’ terdapat pada isim, kata  fi’il (kata kerja  dan huruf.
a) Hamzah pada isim , semua hamzah yang terdapat pada semua nama,  isim rawâbith , isim syartiah yang berawalan hamzah seperti;
إبراهيم ، أحمد ، أنا ، أنت ، إذا
b) Hamzah pada fi’il (kata kerja)
1) Fi’il mâdhi yang terdiri dari empat huruf (ruba’i), termasuk fi’il amar dan masdharnya, seperti:
أكرم , أكرْم , إكرام ، أحسن , أحْسن , إحسان 
أعطى , أعْط , إعطاء ، أنشأ , أنْشئ , إنشاء 
2) Fi’il mudhâri’
Semua fi’il mudhâri’ mahmûz awal ( yang berawalan hamzah), seperti;
أستعملُ , أستعينُ , أنعطفُ , أستشيرُ , أتعلمُ ، أكرمُ , أحسنُ , أكتبُ , أجلسُ
c) Hamzah pada huruf, seperti;
إلى , إنما, إنَّ , أنَّ , إنْ , أن , إذ ما 
“ال  “ (alif lam)  isim maushul seperti,  القادم ، القائل ، الضارب , selain “ال  “ (alif lam) ma’rîfat  saat bersambung dengan isim (kata benda).
2.
Membedakan Penulisan  Alif Maqshûrah dan Alif Mamdûdah
Penulisan alif diakhir kata sering terjadi kesalahan, karena alif tersebut dari segi pengucapan sama tetapi dari segi penulisan berbeda. Ada yang ditulis dalam bentuk alif  (ا )sebagaimana lazimnya, ada yang ditulis dalam bentuk ya ( ى ) dan adapula dalam bentuk (اء ). Banyak terjadi kesalahan karena ketiga-tiganya sama-sama terdengar dalam bentuk suara ‘A’. 
Dalam hal ini, Saudara hendaknya dapat membedakan penulisan alif tersebut dengan cara mengetahui kapan alif ditulis dalam bentuk
(ا ) dan kapan pula ditulis dalam bentuk ya ( ى ).
1) Penulisan Alif Maqshûrah
Alif maqsûrah adalah alif yang terdapat diakhir isim mu’rab (yang menerima i’rab) . Alif ini tidak asli, ada karena perubahan dari و  seperti  عصا  , perubahan dari ي  seperti فتى   dan adapula tambahan untuk penanda ta’nits seperti  حبلى, ذكرى, عطشى . (al-Ghalayani : 1986,  hal. 102, Juz I)
Cara penulisan alif Maqshûrah;
a) Apabila terdapat “alif” pada huruf yang keempat atau lebih diakhir kata isim (kata benda) dan fi’il (kata kerja), ditulis dalam bentuk ya ( ى ) tanpa titik, seperti;
يحيى , يسعى ، تولى , استعلى , كبرى , منتدى , مستشفى
استقوى,ـ أعطى, أغنى , منتهى , مرتضى , ليلى , ذكرى
Tanpa memandang apakah ia berasal dari “ya” atau “alif”. Sementara apabila sebelumnya huruf ‘ya”, maka ditulis dalam bentuk “alif”, seperti ;
دنيا ـ يحيا ـ خطايا ـ استحيا.
b) Apabila  “alif” tersebut datang pada huruf ketiga, terlebih dahulu dilihat asalnya. Alif  yang asalnya dari “waw”  (و ) atau tidak jelas asalnya, maka ditulis dalam bentuk “alif”. Seperti:
عصا , ذرا , خطا , غزا , دنا , مشى , هدى , سعى , جرى
عدا, دعا, عفا , علا , ذرا
c) Apabila berasal dari ”ya”; maka ditulis dalam bentuk “ya” tanpa titik, seperti;
قضى, فتى , رحى , رمى , مُدى
Untuk mengetahui asal  alif tersebut, dapat dilakukan dengan men “tatsniyah” kan (dibuat kedalam bentuk dua) apabila dalam bentuk mufrad (tunggal) , misalnya :
عصا - رحى ، عصوان – رحيان
Sementara apabila dalam bentuk jama’, dikembalikan kepada bentuk mufrad, seperti;
ذرا - مُدى ، ذروة - خطا ، مدية – خطوة
Apabila dalam bentuk fi’il, dapat diubah kepada bentuk fi’il mudhâri’, seperti; 
غزا - يغزو ، دعا - يدعو ، رمى - يرمى
2) Penulisan Alif mamdûdah
Alif mamdûdah adalah alif tambahan pada isim (kata benda) seperti       السماء, الصحراء   . Alif mamdûdah ada yang berasal dari “waw” seperti   سماء  berasal dari  سماو   . ada yang berasal dari “ya”   بناَّء, مشَّاء berasal dari  بنايٌ , مشايٌ. Ada juga tambahan sebagai pertanda untuk ta’nits (pr) seperti  حسناء , حمراء .( al-Ghalayani: hal 105, juz II)
3.
Membedakan Penulisan Ta Marbuthah dan Ta Maftûhah 
1) ”Ta’ ” marbûthah (ة/ـة )
Disebut marbuthah (terikat) karena bentuknya seperti tali yang diikatka.”Ta” marbuthah (ة/ـة )  dibaca ’ta’ ketika berharakat ketika bersambung dan dibaca ـه   (ha) ketika waqaf (berhenti), seperti;
مكة المكرمة  . Ta’ ini menerima harakat fathah, kasrah dan dhammah.
”Ta’ ” marbuthah (ة/ـة )  terdapat pada tempat-tempat sebagai berikut:
a) Diakhir jama’ taksîr yang bentuk mufradnya tidak berakhiran “ta’ ”, seperti;
عراة , سعاة , قضاة, هداة.
b) Diakhir sebagian nama-nama laki-laki, seperti;
معاوية, عبيدة , عميرة, حمزة , أسامة , عطية .
c) Diakhir sebagian nama non Arab, seperti;
الإسكندرية , الإبراهيمية , سومطرة , أفريقية , أنقرة, البيزنطية , الرومية , اليونانية. 
d) Sebagian kata yang diperbolehkan waqaf (berhenti) padanya, seperti;
ثمة- وثمت ، ولاة -ولات .
2) Ta’ maftûhah  (ت)
Disebut maftûhah (terbuka) karena bentuknya terbuka. Ta’ maftûhah  (ت) atau disebut juga ta mabsûthah . Ta’ maftûhah  (ت) dibaca dan ditulis dalam bentuk huruf aslinya. “Ta” ini menerima syakal fathah, kasrah, dhammah dan sukun. 
Ta’ maftûhah (ت) terdapat pada tempat-tempat sebagaimana berikut:
a) Terdapat diakhir fi’il (kata kerja). Ada  yang memang asli dari kata dasarnya, seperti;  بَاتَ, مَاتَ  , ada sebagai tanda ta’nits, seperti;  كَتَبَتْ, جَلَسَتْ, أَكَلَتْ  dan adapula “ta’ ” pengganti fa’il (pelaku), seperti;  سَافَرْتُ, رَسَمْتَ, اِسْتَحْمَمْتِ .
b) Diakhir semua jama’ muannats salim, seperti;
مُعَلِّمَاتٌ, طَالِبَاتٌ, صَائِمَاتٌ 
c) Diakhir isim tsulatsi yang sukun ditengahnya dan bentuk jama’nya, seperti;
بَيْتٌ – اَبْيَاتٌ, قُوْتٌ-اَقْوَاتٌ, حُوْتٌ-اَحْوَاتٌ, صَوْتٌ-اَصْوَاتٌ, مَيْتٌ اَمْوَاتٌ.
d) Diakhir isim mufrad mudzakkar, seperti;
نحّات , حوّات , عتليت, عصمت , جودت , رفعت , رأفت.
e) Dikahir sebagian huruf, seperti;
ليت , لات , ثُمّت , ثَمّت , ربّت , لعلّت
f) Diakhir dhamîr  mufrad munfashil dan mufrad mu’nnats mukhatab, seperti;
اَنْتَ, اَنْتِ
4.
Menghindari Kesalahan Penulisan Alif lam Syamsyiah
Alif lam (ال )  syamsiyah pada prinsipnya berfungsi untuk ma’rîfah , hanya dalam penulisan muncul istilah syamsyiah karena Alif lam (ال ) tersebut tidak diucapkan sekalipun dalam tulisan tetap ada.  Alif lam (ال ) disebut syamsyiah apabila dia mendahului huruf-huruf  seperti;
ت, ث, د, ,ذ, ر, ز, س, ش, ص, ض,ط,  ظ, ل, م , ن.  
Alif lam (ال ) apabila bertemu dengan huruf tersebut tetap ditulis sekalipun tidak dibaca.
ال الشمسية
هي التي تكتب ولا تلفظ ( لأنها تدغم بالحرف الذي بعدها ، فيكتب الحرف الذي بعدها مشددًا ) .
التعريف
الــتُّفاح ـ الــذَّهب ـ الــصِّدق ـ الــطَّعام
المثال
حروف ( ال ) الشمسية
ت ـ ث ـ د ـ ذ ـ س ـ ش ـ ص ـ ض ـ ط ـ ظ ـ ل ـ ن
وهي مجتمعة في أوائل البيت :
دع سوء ظنٍّ زر شريفًا للكرم
طبثـمصلرحماتفزضفذانعم
Mengapa dalam modul ini sengaja di bahas, karena sering terjadi kesalahan dalam kitâbah,  seharusnya tetap menambahkan alif lam, tetapi tidak ditulis karena di kira sudah diidghamkan kedalam huruf sesudahnya. Misalnya dalam menulis  لغة dengan Alif lam (ال ), seharusnya ditulis  اللغة sekalipun  tidak dibaca.  Kesalahan yang sering terjadi cukup dengan menambah alif (ا )  pada لغة sehingga ditulis الغة    . Untuk menghindari kesalahan penulisan, alif lam syamsiyah tetap ditulis pada kata yang berawalan lam ( لـ ),  seperti;
لقمة- اللقمة ، لظى - اللظى ، لجام - اللجام ، لب - اللب ، لون - اللون ، لوح – اللوح
Untuk lebih jelas, perhatikan oleh Saudara contoh-contoh berikut ini:
1 ـ يتغدى الأطفال على اللبن الطبيعي .
2 ـ كثرة اللحوم الدسمة تؤثر على القلب .
3 ـ ينصح الأطباء بشرب عصير الليمون لما فيه من فوائد .
4 ـ ينبغي على الإنسان أن يعطي جسمه حقه من النوم في الليل .
5 ـ أمر القاضي بجلد اللص عشرين جلدة .
6 ـ تتفتح أزهار اللوز في فصل الربيع .
5.
Menghindari  Kesalahan Penulisan Tanwîn Nashab
Tanwîn adalah nun mati  ziyâdah (tambahan) yang dimasukkan di akhir isim hanya dalam pelafalan saja, tidak dalam bentuk tulisan. (al-Ghalayani: 1986, hal. 10 Juz I). Sebagai pengganti nun mati tersebut diganti dengan tanda dua fathah (ــً) pada posisi  manshûb , dua tanda dhammah (ــٌ) pada posisi marfû’  dan a dua tanda kasrah (ــٍ ) pada posisi majrûr.
Contohnya seperti;
تنوين الكسر
تنوين الضم
تنوين النصب
محمدٍ
محمدٌ
محمدً‎ًا
علىٍ
علىٌ
عليًا
كتابٍ
كتابٌ
كتابًا
سالمٍ
سالمٌ
سالمًا
منزلٍ
منزلٌ
منزلاً
جبلٍ
جبلٌ
جبلاً
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan tanwin nashab:
1) Apabila sebuah kata diakhiri dengan ta’  marbûthah, penulisan tanwin nashab tidak menambah alif di akhir  kata. Tanwîn cukup di tulis di akhir kata tersebut, misalnya;
أعطاني والدي هديةً قيمةً 
واشترى أخي كراسةً جميلةً
2) Apabila sebuah kata berakhiran alif Maqshûrah baik dalam bentuk “alif” (ا ) maupun “ya ” (ى), tanwîn langsung ditulis diatas alif, seperti;
حملت عصاً , ومشيت خطاً , وكلمت فتىً , ولم تضع جهودهم سدىً.
3) Tanwîn nashab ditulis diatas alif  ziyâdah  (tambahan). Contohnya;
مكثت في مكة أسبوعًا,  ويملك والدي بيتًا واسعًا ,
زرت بلدًا بعيدًا , وكان عملك إنجازًا كبيرًا.
C.
 Penutup/kesimpulan
Untuk menghindari kesalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran  kitâbah perlu diperhatikan penulisan beberapa kata, seperti penulisan hamzah, tanwîn, alif Maqshûrah, alif mamdûdah  ta’ marbûthah, dan tanwîn nashab.
Hamzah washal adalah alif diawal kata yang berfungsi mempermudah bacaan di awal kata.  Hamzah washal hanya ditulis tapi tidak dibaca. Apabila bersambung dengan kata yang lain, hamzah washal dibuang. Hamzah ini terdapat pada isim tertentu,  fi’il mâdhi, fi’il amar dan mashdar dari khumasiy dan sudatsiy. Hamzah qatha’ adalah hamzah diawal kata yang ditulis dan dibaca. Hamzah qatha’  terdapat pada  fi’il mâdhi ruba’i,  semua fi’il mudhâri’ mahmûz awal ( yang berawalan hamzah) dan huruf yang berawalan hamzah.
Alif Maqshûrah adalah alif yang ditulis dalam bentuk alif atau ya. Ditulis dalam bentuk alif apabila terletak pada kata yang terdiri dari tiga huruf kebawah dan alif yang berasal dari waw.  Ditulis dalam bentuk ya apabila pada huruf ke empat.  Alif dalam bentuk ya ditulis tanpa titik. Alif mamdûdah adalah alif tambahan pada isim. Dapat juga berfungsi sebagai tanda ta’nîts.
Ta marbûthah adalah ta’ yang yang dibaca dengan ha apabila dalam kondisi waqaf (berhenti). Ta maftûhah  adalah ta’ yang terdapat dalam kata asli, isim dhomîr pada fi’il, tanda ta’nîts pada jama’ muannats sâlim, diakhir isim tsulasi yang sukun tengahnya, isim mufrad muzakkar dan diakhir sebagian huruf.
Alif lam syamsiyah adalah alif lam ta’rîf.  Alif lam syamsiyah tetap ditulis apabila bertemu dengan huruf syamsiyah sekalipun tidak dibaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman bin Ibrahim fauzan, 2011, Idha’at li Mu’allimi al-Lughah al-Arabiyah Lighair an-nathiqîna Biha, Riyadh. Jakarta: Kencana Predana media Group.
Abdurrahman Ibrahim  Fauzan, 2002, Silsisah fi Ta’lim llughotil ‘Arobiyah ligoirin Nathiqin biha, Arobiyah linnasyiin, Mekkah:  Waqp Islamy.
Abdus Salam, Muh. Harun, 1993, Qawaid al-Imla’, Qahirah: al-abkhalu al-Mishriyah.
Mamlakah As-Su’diyah: 2004, Silsilat Ta’lîm Al-Lughah Al-‘Arabiyah (al-mustawa al-rabi’)
Muhamad Ali Al-Kulli, 1986,  Asalib Tadris al-Lughoh al-‘Arobiyah, Riyadl : Al-Mamlakah ‘Arobiyah.
Sekh Musthofa al-Gholayani, tt,  Jami’ Durus al-“Arobiyah, Beirut: Maktabah ‘Ashriyah:
Suherman, 2005, Bahan Ajar Perkuliahan Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Bahasa Arab, Bandung : UPI.
Musthafa Ruslan:  http://www.elc.edu.sa diunduh  tanggal 06 Mei 2012), Faqrah wa Maqalah
http://www.drmosad.com/index121.htm    diunduh tanggal 21 Mei 2012
Wikipedia.com ( diunduh tgl 04 Mei 2012)


Tinggalkan pesan anda


Online form powered by 123ContactForm.com | Report abuse

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons